skip to main | skip to sidebar
Bisnis 100% Tanpa Modal

Upacara Kasada "bromo"

0 komentar
Sejak Jaman Majapahit konon wilayah yang mereka huni adalah tempat suci, karena mereka dianggap abdi – abdi kerajaan Majapahit. Sampai saat ini mereka masih menganut agama hindu, Setahun sekali masyarakat tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada. Upacara ini berlokasi disebuah pura yang berada dibawah kaki gunung bromo. Dan setelah itu dilanjutkan kepuncak gunung Bromo. Upacara dilakukan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama dibulan Kasodo menurut penanggalan Jawa.

sumber:http://info.indotoplist.com/?YldWdWRUMWtaWFJoYVd3bWFXNW1iMTlwWkQweU16az0=

Melihat Matahari Terbit Bromo dari Pananjakan

0 komentar
Pengunjung biasa mengunjungi kawasan ini sejak dini hari dengan tujuan melihat terbitnya matahari. Untuk melihatnya, Anda harus menaiki Gunung Pananjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan ini. Medan yang harus dilalui untuk menuju Gunung Pananjakan merupakan medan yang berat. Untuk menuju kaki Gunung Pananjakan, Anda harus melalui daerah yang menyerupai gurun yang dapat membuat Anda tersesat. Saat harus menaiki Gunung Pananjakan, jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam tentu membutuhkan ketrampilan menyetir yang tinggi. Untuk itu, banyak pengunjung yang memilih menyewa mobil hardtop (sejenis mobil jeep) yang dikemudikan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar berasal dari suku Tengger yang ramah dengan para pengunjung.
Sampai diatas, ada banyak toko yang menyediakan kopi atau teh hangat dan api unggun untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu waktu tebitnya matahari. Ada pula toko yang menyewakan pakaian hangat. Menyaksikan terbitnya matahari memang merupakan peristiwa yang menarik. Buktinya, para pengunjung rela menunggu sejak pukul 5 pagi menghadap sebelah timur agar tidak kehilangan moment ini. Anda pun tidak selalu bisa melihat peristiwa ini, karena bila langit berawan, kemunculan matahari ini tidak terlihat secara jelas. Namun, saat langit cerah, Anda dapat melihat bulatan matahari yang pertama-tama hanya sekecil pentul korek api, perlahan-lahan membesar dan akhirnya membentuk bulatan utuh dan memberi penerangan sehingga kita dapat melihat pemandangan gunung-gunung yang ada di kawasan ini. Antara lain, Gunung Bromo, Gunung Batok, atau Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Upacara adat Larung Sembonyo pantai prigi

0 komentar
Mitos masyarakat teluk Prigi tentang pembuatan kawasan teluk Prigi merupakan asal usul adanya upacara Larung sembonyo.

Masyarakat Prigi hampir seluruhnya beragama Islam, namun mereka merasa kurang tentram hidupnya bila meninggalkan tradisi dan upacara Sembonyo yang diyakini untuk menjaga keseimbangan dengan alam sekitarnya serta alam semesta. Upacara Sembonyo dilakukan setiap bulan Selo, hari senin Kliwon setiap tahun.

Pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat nelayan dan petani berkaitan dengan mata pencaharian sebagai nelayan, petani serta merupakan sarana unutuk menghormati leluhurnya yang berjasa dalam membuka kawasan teluk Prigi. Mereka tidak ingin melupakan jasa Tumenggung Yudo Negoro sebagai pahlawan sekaligus sebagai pendiri desa Tawang, Tasikmadu. Jika mereka melalaikan takut ada gangguan, sulit dalam penanngkapan ikan, panen pertanian gagal, timbul wabah, bencana alam dan sebagainya.

Upacara Larung sembionyo pada tahun 1985 dilaksanakan secara besar-besaran setelah sebelumnya terhenti akibat situasi politik. Peringatan saat itu dibantu Pemda kab. Trenggalek dalam rangka promosi wisata.Upacara Sembonyo dilaksanakan penuh syarat syarat, dan beraneka ragam larangan. Hal ini mempengaruhi watak masyarakat Prigi, khususnya masyarakat nelayan yang membutuhkan ketekunan, ketabahan dan keberanian menantang maut, yang mengintai setiap saat. Laut ladangnya, laut tempat rejekinya.

sumber: http://www.trenggalek.com/index.php?option=com_content&view=article&id=117&Itemid=54&limitstart=5

Tradisi Pantai Selatan

0 komentar
Banyak cara dilakukan para nelayan dalam mewujudkan rasa syukur mereka terhadap Tuhan Yang Maha Esa, salah satunya adalah para nelayan yang berada di Pantai Sine Desa Kalibatur Kecamatan Kalidawir Tulungagung dan sekitarnya. Di daerah ujung selatan Tulungagung yang sebagaian besar penduduknya menggantungkan mata pencaharian sebagai nelayan ini menggelar upacara adat labuh laut.
Labuh laut yang digelar warga pada bulan Selo setiap tahunnya ini menurut Lamiran, salah seorang tokoh nelayan Sine, sebagai bentuk rasa syukur para nelayan Sine terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena setiap tahun diberi hasil panen ikan yang berlimpah.
"Acara ini ditandai dengan penyebaran berbagai boneka ikan dari bahan dasar tepung yang dibuang para nelayan di sepanjang bibir pantai Sine. Boneka ikan dari tepung yang diberi nama Harip-Harip ini dibuat oleh para nelayan selama semalam, para pembuat boneka juga harus memenuhi syarat khusus di antaranya adalah para lelaki muda yang masih belum menikah (bujangan) selain itu sebelum membuat boneka mereka diharuskan menyucikan diri terlebih dahulu dengan mandi keramas.

Popular posts

Pengikut

free counters
Diberdayakan oleh Blogger.
 

hasil karya Copyright © 2011 | Template created by O Pregador | Powered by Blogger